Kamis, 13 Desember 2012

my special day, 101212

diposkan oleh tyascil di 07.12

Hari ini gue ngerasa hidup dalam dongeng yang kaya mimpi gitu. Kaya hidup tuh gue yang nentuin alur ceritanya. Sumpah demi apapun gue seneng banget hari ini. Sakit juga engga berasa saking senengnya;;)
Pagi ini saat aku membuka mata, kuingin matahari segera menampakkan sinarnya yang hangat. Aku ingin segera bertemu pangeranku. Pagi ini kuawali dengan senyum ceriaku, bukan senyum kepalsuan seperti hari-hari biasa. Aku memulai hari ini dengan semangat. Aku memang sedikit terlambat ke kampus tapi itu tidak masalah. Hampir setiap 15 menit sekali aku menengok jam di handphone kesayanganku.
“Kenapa sih jam 11 itu lama banget?” gerutuku.
“Lo kenapa pengen cepet-cepet balik?” tanya Asti.
“Bukan pengen pulang, tapi pengen ketemu pangeran,” jawabku sambil senyum-senyum.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 10.45, akupun mulai gelisah tidak sabar ingin bertemu sang mantan yang masih sangat aku sayangi. Aku tau, hari ini aku akan menjadi perempuan super jahat yang pergi bersama kekasih orang lain demi kebahagiaanku. Aku tidak pernah menganggap perbuatanku ini salah karena aku memang tidak ikhlas saat memutuskannya, dulu. Aku memutuskan karena memang tidak ada pilihan lain. Ah sudahlah, yang lalu tidak usah dibahas lagi.
Akhirnya kelas hari ini selesai juga, aku langsung segera menghubungi Fiyyan. Saat aku menelfonnya, ternyata mba-mba operator berkata, “Nomor yang anda tuju sedang sibuk.” Aku telah berusaha menelfonnya beberapa kali, tapi tetap saja begitu. Akhirnya kuputuskan untuk mengiriminya pesan singkat. Dan tak lama kemudian nomornya sudah dapat dihubungi kembali. Kami janjian di Halte KFC Lenteng Agung. Tanpa berlama-lama aku langsung mencari teman menyebrang untuk menuju TKP.
Sesampainya di KFC, agak lama aku menunggu dan hadirlah seorang pangeran yang sampai saat ini masih aku harapkan. He looks more handsome. Agak lama juga kami berpikir ingin pergi kemana, tak lama kemudian Fiyyan langsung menjalankan si biru miliknya. Aku bertanya, “Tasnya gede amat, isinya apaan? Masa nginep  semalem aja pakaiannya sebanyak itu.” Ia hanya terdiam. Matahari siang itu begitu menyengat tapi aku sangat rindu padanya. Kuberanikan diri untuk bertanya, “Gue boleh meluk lo?” Lama sekali ia terdiam, dan saat keluar dari perkampungan akhirnya ia menjawab, “Sekarang boleh peluk.” Tanpa malu-malu aku langsung memeluknya, mencium aroma tubuhnya yang khas.
“Rumah Setya udah kelewatan belom?” tanya Fiyyan.
“Belom,” jawabku singkat.
Fiyyan pun melaju ke arah rumah Setya. Saat sampai, kupikir ia ingin ke rumah Setya tapi ternyata ia hanya ingin melewatinya. Ia membawa motor kesayangannya itu menuju ke arah rumahku. Ia menyuruhku untuk menaruh laptop dan mengambil helm. Kami berencana untuk hujan-hujanan.
Sesampainya di rumah, ia tidak berhenti persis di depan rumahku. Tapi ia berhenti di satu rumah sebelum rumahku. Dan ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya itu.
“Wah gede banget tedy bear-nya,” kataku seraya mendekap boneka yang diberikan oleh Fiyyan.
Tak lama kemudian pemilik rumah keluar, si anak balita yang sering aku ajak bermain bersama sang ibu. Mereka hanya terdiam melihatku. Tanpa berlama-lama membuang waktu, Fiyyan menyuruhku untuk cepat-cepat ke rumah untuk menaruh boneka+laptop dan mengambil helm.
Setelah itu kami pun berputar-putar tidak jelas dan pada akhirnya kami menuju ke UI. Disana Yuni, kekasih Fiyyan, menelfon Fiyyan. Dan bete-ku mulai keluar. Tadinya aku memeluk Fiyyan tapi mendengar mereka berbincang-bincang lewat telfon, rasanya aku ingin lompat dari motor saat itu juga. Aku melepaskan pelukan seraya menutup kaca helmku dan memasang muka bete. Tapi lama kelamaan aku pun menangis.
Selesai menelfon, Fiyyan memberhentikan motornya entah dimana. Ia menengok ke arahku dan berusaha membuka kaca helmku tapi ku tepis tangannya itu. Ia pun melanjutkan perjalanan sambil menarik tanganku, agar aku memeluknya kembali. Tapi aku selalu melepaskan pelukkan itu. Ia pun mengajakku untuk makan bakso dan aku mulai dapat tertawa kecil.
“Eh ketawa,” ledek Fiyyan.
Dulu selama pacaran, kami tidak pernah seromantis ini. Setelah putus, baru aku merasakan ke romantisan itu. Aku serasa berpacaran dengan Fiyyan lagi. Tidak ada acara suap-suapan sih tapi acara sok so sweetnya ada yaitu saat aku mengelap keringat Fiyyan dengan tisu. Saat ingin mengelap aku berkata, “Yah so sweet deh nih.” Dengan cepat Fiyyan menjawab, “Gamau? Yaudah gausah.” Aku pasti maulah, kapan lagi ada acara so sweet so sweet-an seperti sekarang ini. Fiyyan berkata bahwa Yuni memberikannya kue ulang tahun waktu itu, ia berharap aku yang memberikan. Dalam hati aku berkata, “Kalo gue masih jadi pacar lo, gue bela-belain ke Cikampek cuma buat ngasih kue ulang tahun yang ga seberapa itu.”
Tak lama kemudian hujan pun turun, Fiyyan mengajakku pulang tapi hujan begitu deras. Aku sempat dilema, pulang sekarang atau nanti. Tak perlu berpikir lama, akhirnya aku memutuskan untuk hujan-hujanan ke rumah Setya. Fiyyan memberikan jas hujannya kepadaku sambil kugendong tasnya dipundakku. Di jalan, Fiyyan baru mengatakan kepadaku kalau ia tidak kuat dingin. Aku tidak tega melihatnya kedinginan, kepeluk ia erat-erat. Dingin masih menusuk sampai ke tulang. Aku ingin memberikan jas hujan kepada Fiyyan, tapi ia tidak mau. Kami tetap menerobos hujan agar segera sampai dan dapat berganti baju.
Sesampainya di rumah Setya, ramai oleh teman-teman kampusku yang sedang mengerjakan tugas. Dengan pedenya aku berbincang-bincang dengan Fiyyan di ruang tamu tanpa membantu teman-temanku mengerjakan tugas. Fiyyan sempat berkata, “Mau cium pipi.” What’s mean?
Setelah hujan reda, Fiyyan mengantarku pulang ke rumah dan bertemu dengan ibuku sebentar. Rasanya aku tak ingin berpisah dengannya. Aku ingin selalu bersamanya. Sekarang, aku bisa memeluk boneka darinya dan menganggap itu adalah Fiyyan

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita Tyas Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea