Kamis, 08 November 2012

Bersiap Pergi

diposkan oleh tyascil di 08.06
Aku sudah memutuskan kapan aku harus pergi, pergi selamanya dari hidup Iqbal. Aku tak sanggup harus terus berlama-lama menyakiti perasaan Wanda. Lebih baik aku sendiri yang menanggung sakit ini. Walaupun aku membenci Wanda, satu hal yang perlu kalian ketahui. Aku ini sama-sama perempuan biasa seperti Wanda yang dapat merasakan sakit hati apabila dikhianati. Aku tidak ingin jika suatu saat nanti aku berada diposisi Wanda. Pasti itu amat sangat menyakitkan.
"Kalo nanti, suatu saat, tiba-tiba gue ilang, jangan hubungin gue ya. Berarti itu saatnya gue harus pergi. Gatau sanggup apa engga tapi bisa gabisa harus bisa. Gue semakin rapuh kalo harus terus kayak gini, jujur gue gakuat. Gue cemburu kalo lo lagi sama Wanda padahal gue udah bukan siapa-siapa lo haha cewe bodoh emang gue mah," kataku sambil menjatuhkan beberapa butir air mata.
"Hemmmm," Iqbal hanya mengeluarkan suara itu.
"Kenapa engga komentar? Beban gue banyak banget. Gue ga cuma mikirin perasaan gue sendiri. Gue juga mikirin perasaannya Wanda, itu yang bikin gue semakin engga kuat. Gue emang gasuka sama Wanda bahkan bisa dibilang gue benci sama dia, tapi gue juga mikir kalo sekarang gue ada di posisi dia dan gue mikir kalo gue juga dikaya giniin sam orang nantinya. Gue gamau," jelasku panjang lebar menahan air mata.
"Terus nanti apa yang bakal lo lakuin?" tanya Iqbal singkat.
"Setelah gue pergi? Gue gatau bakal ngapain dan kaya gimana, mungkin gue gila. Sebenernya gue pengen banget pergi sekarang tapi gue masih punya rencana yang belom gue selesaiin," jelasku pada Iqbal.
"Apa rencana lo?" tanya Iqbal ingin tahu.
"Buat ultah lo nanti tanggal 24 November, mungkin setelah itu gue langsung pergi kok gaakan ganggu hidup lo lagi dan bikin lo berantem mulu sama Wanda," tangisku terdengar sangat jelas.
Iqbal hanya dapat terdiam, mungkin dia bertanya-tanya apa yang akan terjadi padaku nantinya. Sejujur-jujurnya, aku hanya ingin Iqbal tidak mendapatkan Wanda karena aku tidak mendapatkan Iqbal. Tapi aku tidak sejahat itu, hanya keinginan tapi aku tidak akan mungkin menghancurkan hubungan orang kalau orang itu tidak macam-macam denganku.
Keesokan harinya, Iqbal memintaku untuk mengirimkan foto-foto jaman kami pacaran dulu. Saat kutanya untuk apa, ia hanya menjawab, "Gue kangen sama lo, kangen." Karena aku tidak tega mendengar suaranya yang seperti itu, maka ku kirimkan sebagian foto-foto kami tetapi ia meminta semua. Akhirnya ku kirimlah semua foto.
Semenjak aku mengatakan semua yang akan kulakuan, Iqbal semakin baik kepadaku. Kami sering mengirimkan voice note akhir-akhir ini. Hanya suara itu yang dapat aku dengar saat aku kangen dengan Iqbal. Aku sudah tidak dapat bebas menelfon, seperti dulu:')
***
Iqbal: lo kan sering cerita tentang Kevin, sekarang gue boleh cerita tentang Wanda ngga?
Dalam hati aku berkata, "Lo tuh bego atau tolol sih? Jelas-jelas gue gasuka sama dia, kenapa lo mau cerita tentang dia ke gue?"
Tania: yaudah cerita aja.
Iqbal: nanti ya gue cerita.
Malam-malam seperti biasa, Iqbal menelfonku. Ia tidak menceritakan tentang Wanda, melainkan tentang apa yang sedang ia alami. Aku tidak mengerti persis apa maksud dari semua ceritanya. Yang jelas setelah mendengar semuanya, dadaku terasa sesak dan tidak bisa bernafas. Iqbal memanggil-manggil namaku, tetapi aku tidak bisa berkata apapun. Sakit. Sakit sekali. Setelah aku dapat bernafas dengan stabil, Iqbal meminta maaf padaku. Suasana memanas dan kami saling mencoba mencairkan suasana.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita Tyas Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea