Kubuka jendela kamarku perlahan agar cahaya masuk ke dalam ruangan pengap ini yang selalu ku abaikan karena kesibukanku sebagai seorang mahasiswi baru. Aku selalu bertanya-tanya "hari ini dapet temen baru lagi nggak ya?" In fact, I always get a new friend every day:)
Aku memiliki beberapa teman berbeda jurusan tetapi seangkatan. Dan yang terdekat adalah Diar. Aku dan Diar sangatlah dekat, semua cerita yang kumiliki saat aku SMA pun diketahui oleh Diar, sampai-sampai ia pun tau kalau aku masih stuck di satu manusia bernama Ray. Walau aku sudah mencoba untuk dekat dengan beberapa laki-laki, semuanya tidak bisa membuatku membelokkan pikiran.
Akhirnya ku bulatkan tekad untuk benar-benar moving on. Aku meminta Diar untuk mencomblang-kan aku dengan temannya, Iqbal. Awalnya memang aku tidak menaruh rasa pada Iqbal. Hanya butuh waktu 5 hari untuk pen-de-ka-tan. Dan setelah itu kami resmi pacaran. Diam-diam saat itu aku memang belum menaruh rasa sedikitpun. Kupikir rasa itu akan muncul dengan sendirinya seiring waktu. Dan kami belum pernah bertemu sebelumnya karena jarak yang tidak dekat.
Ini pertama kalinya aku punya pacar. Ya aku tau mungkin aku terlambat, tetapi aku sudah mencoba untuk langsung serius. Sewaktu SMP dan SMA aku memang memutuskan untuk 'single'.
Seminggu setelah aku dan Iqbal resmi pacaran, aku mulai sayang padanya. Aku adalah tipe orang yang kalau sudah sayang, akan sangat sayang pada orang itu. 17 hari setelah kami mengikat janji, Iqbal memutuskan aku dengan alasan bahwa ada seorang perempuan yang menyukainya dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Hatiku sudah hancur saat itu. Berat rasanya untuk pergi dari sisinya. Beberapa hari kemudian ia kembali padaku. Ia datang dari Cikampek ke Jakarta hanya untukku. Kami bertemu di rumah Diar untuk pertama kalinya. Rasanya sedikit canggung, bertemu seseorang untuk pertama kalinya tetapi kami sudah mempunyai janji.
"Hey, siapa ya? Main masuk-masuk rumah orang," candaku.
Iqbal hanya tersenyum dan mendekatiku. Aku pun menyalaminya. Disitu aku sudah tidak sabar ingin mendengarkan cerita-ceritanya mengenai perempuan itu. Ia menceritakan semuanya dan entah aku harus percaya atau tidak. Setelah semua ceritanya selesai, Iqbal mengantarku pulang ke rumah. Dua hari berikutnya, kami bertemu lagi dan ia menjemputku di sebuah tempat. Setelah itu aku langsung ke rumah temanku yang bernama Yasmin.
Iqbal membuatkanku tattoo dengan henna di punggungku. Ia sempat membuatku malu karena dia bilang dia ingin menghipnotisku tapi ternyata aku hanya di'kerjain'. Ah sial! Setelah Ashar, Iqbal mengantarkanku pulang dan mampir sebentar. Sampai saatnya pulang, sepertinya ia belum mau meninggalkanku. Karena itu artinya kami akan jarang bertemu lagi.
***
Setiap malam, Iqbal menemaniku lewat telfon. Beginilah nasib dua insan yang LDR. Iqbal banyak mengjariku banyak hal, membuatku selalu tabah dalam menghadapi cobaan, dan hal-hal yang lainnya. Ia selalu menguatkan aku dalam segala hal.
Tiga bulan kami tidak pernah bertemu, dan memang aku sempat curiga. Sesibuk-sibuknya laki-laki, ia pasti berusaha untuk menemui pacarnya. Lain dengan Iqbal dan aku tidak tau apa yang terjadi dengannya, aku selalu berusaha untuk positive thinking dan percaya.
Sebelum aku mudik ke Solo, Iqbal datang ke rumahku dan itu membuatku senang. Sangat senang. Tapi ia hanya satu hari itu, sorenya pun ia kembali ke Cikampek.
Iqbal pernah berjanji padaku akan kembali lagi ke rumahku setelah lebaran dan belum sempat dia datang, terjadilah insiden besar yang membuat kami harus menyudahi semuanya di tanggal 1 September yang aku anggap September itu adalah bulan berduka. Tiga hari aku tidak makan, bukan menyiksa diri tapi memang sulit menelan makanan, dan tiga hari lagi aku berpuasa:"
Kami putus karena orang ketiga dan itu yang selalu aku curigai. Hatiku hancur sehancur-hancurnya. Aku tidak tau apa salahku sampai aku mendapat cobaan yang seperti ini. Aku ingin saat aku memiliki pacar, ia juga menjadi calon suamiku tapi kenapa semuanya harus seperti ini? Dan pada akhirnya Iqbal dan si selingkuhan itu tetap bersama tanpa memikirkan perasaanku. Ya, cinta itu harus egois. Beberapa minggu aku selalu marah-marah tidak jelas, sampai akhirnya aku mengajak Iqbal damai dan berteman. Pada akhirnya kami berteman.
Aku hanya ingin dapat mencurahkan semua masalah keluarga yang kumiliki kepada Iqbal. Tetapi entah kenapa Iqbal tidak pernah menanggapi semua cerita-ceritaku sampai aku sempat berfikir kalau ia tidak benar-benar ingin berteman denganku. Yasmin lah yang membantuku menyampaikan semua yang ingin ku sampaikan pada Iqbal. Dan setelah itu kami masih bisa terus berkomunikasi. Tetapi aku sedikit kesal saat Iqbal memutar waktu dan membuatku ingat masa yang lalu. I just wanna pour out my heart to you, I don't wanna expect you to be mine again!
bersambung ke https://diarybundanajla.blogspot.com/2012/10/tertatih.html
0 komentar:
Posting Komentar