Akhirnya keberanianku muncul untuk berbagi kisah pilu ini. Sebelumnya aku ingin meminta doa kepada para pembaca agar anakku, Fathiya, si Bidadari Surga-ku supaya bahagia di surga. Al-Fatihah...
Allah telah membawa pulang Fathiya saat ia belum genap sebulan, tepatnya 28 hari. Fathiya pulang kepangkuan Allah hari Jumat tanggal 10 Agustus 2018 pukul 03.05 WIB di RS Hasanah Graha Afiah Depok.
Sesaat setelah lahir diduga bahwa Fathiya terkena down syndrome, jika dilihat dari parasnya. Dan ku tanya dokter anak beberapa kali masalah organ dalam tubuh Fathiya, dokter bilang semuanya normal sampai aku kembali ke rumah. Saat itu aku belum bisa berbesar hati dan menganggap bahwa Fathiya bayi normal karena parasnya mirip dengan Ayahnya. Seminggu kemudian saat kontrol, dokter pun berkata bahwa Fathiya sehat dan menanyakan perihal cek darah. Tapi karena aku menganggap normal maka aku berfikir tidak perlu cek darah.
Hari berganti hari, tanteku menyarankan cek darah untuk berjaga-jaga apabila ada kelainan dalam tubuh Fathiya. Aku putuskan untuk cek darah saat kontrol diumur Fathiya genap sebulan. Namun Allah berkehendak lain, mungkin Allah sudah sangat merindukan Fathiya sehingga Allah secepat mungkin mengajak Fathiya kembali ke rumah. Insya Allah kali ini aku sudah ikhlas sehingga dapat berbagi kisah ini.
Sehari sebelum Fathiya pulang pada Allah, Oma, Opa, dan Om Fathiya (Mertua dan Adik Iparku) bermain bersama Fathiya seharian. Dan malamnya ia tampak tidur dengan pulas sekali. Sekitar pukul 2 dini hari, ia terbangun dari tidurnya dan menangis tetapi tidak mengeluarkan air mata atau pun suara tangis normalnya. Aku berfikir Fathiya terlalu haus karena sudah sekitar 4 jam belum minum susu. Dan biasanya saat Fathiya bergerak sedikit, aku terbangun. Tapi saat itu tidak, justru Ayahnya yang terbangun padahal tidur di kasur yang berbeda. Dan aku sempat marah saat suamiku membangunkanku. Sesegera mungkin aku menyusui Fathiya, mungkin baru 3-4 kali sedot kemudian Fathiya tersedak dan puppy. Aku berusaha mempuk-puk Fathiya tetapi mukanya terlihat pucat, ku berikan Fathiya ke Ayahnya. Kami berniat mengganti popoknya tetapi Fathiya lemas tak berdaya dan pingsan. Ayahnya membawa ke meja untuk memberikan nafas buatan dan aku membangunkan Eyangnya (Ibuku). Fathiya sudah dapat bernafas lagi dan kami segera membawa Fathiya ke rumah sakit supaya mendapatkan penanganan dokter. Suamiku yang menunggu Fathiya di ruang UGD dan aku memproses administrasi karena kemungkinan Fathiya harus dirawat. Saat itu dokter jaga berkata kemungkinan penyakitnya parah dan dapat menyebabkan kematian, tangisku sudah benar-benar tak terbendung. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan anak kami. Selang dan oksigen menempel pada tubuh mungil Fathiya. Dokter mencoba memberikan suntik adrenalin tetapi tidak dapat menemukan nadi Fathiya akibat penggumpalan darah di jantung Fathiya, juga terjadi gagal pernafasan. Dan Allah berkehendak lain, secepat itu Allah mengambil kembali Fathiya kepangkuannya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, bahagia di surga ya Nak. Tunggu Ayah & Bunda di surga, Nak. We love you, Fathiya Arkadewi Sahashika.
Dari kisah ini aku tidak terlalu yakin apakah Fathiya meninggal karena memang ada kelainan pada organ dalam tubuh Fathiya lantaran kebanyakan anak down syndrome lahir dengan kelainan organ dalam seperti jantung bocor dll ataukah karena tersedak. Yang jelas, kalau Fathiya memang merasakan sakit saat itu, sekarang ia sudah tidak merasakan sakit lagi.
Dan aku tahu arti dari kehilangan yang sesungguhnya juga arti rindu yang sesungguhnya.
Semoga aku dan suamiku segera mendapatkan anak yang lebih baik lagi dan bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Aamiin allahumma aamiin.
