Sabtu itu seperti biasa Tania masih sendiri tanpa siapapun. Kalau di tanya bete? Pastilah! Tapi mau gimana lagi itu kan emang keputusan Tania. Mungkin Tania memang terlalu egois. Memang susah untuk merubah sikap diri sendiri. Siang harinya saat Tania sedang badmood, tanpa disangka-sangka ada BBM masuk dari Ravi.
Ravi : cie yg besok ulang tahun
Tania: ih apa banget deh lo -_-
Ravi : traktir yegak?
Tania: iya iya selow, besok ye :D
Ravi : oke oke sip deh, entar malem ketemuan yuk! kan belom pernah ketemu kita hehe
Tania: dimana?
Ravi : rumah lo dimana sih? kalo bisa gue aja jemput ke rumah lo
blablabla... akhirnya mereka jadilah ketemuan+jalan untuk yang peretama kalinya. Tania dan Ravi memang sudah lama berteman di BBM tapi belum pernah bertemu secara langsung.
"Gue udah di daerah rumah lo tapi gatau rumah lo yg mana-_-," suara Ravi dari telfon.
"Dari gang rumah gue lurus aja ikutin jalan aspalan, jangan belok-belok ke kampung-kampungnya. Entar gue tunggu di depan rumah," jawab Tania sambil menjelaskan.
"Yaudah buruan ke depan rumah gue udah jalan lurus. gue pake jaket item, mio putih," jelas Ravi lalu mematikan telfon.
Setelah keduanya bertemu, mereka saling liat-liatan. Dan terdengar suara Tania,"Oh ini yg namanya Ravi. Maaf ya gue sering ngatain lo jelek-jelek eh taunya ganteng, ups keceplosan." Ravi pun kaget baru melihat cewek sefrontal Tania, "Hah? ah jadi gaenak dibilang ganteng haha." Lalu Tania sedikit salting karena terlalu jujur dan Tania pun mengajak Ravi untuk masuk dulu ke rumah.
"Lo boleh paling lama pulang jam berapa, Tan?"
"Tergantung keluarnya, kalo keluarnya sore jam 8-9an udah disuruh sampe rumah."
"Kalo agak maleman jam 7an gitu?"
"Boleh sampe jam 10an."
"Kok cuma nambah 1 jam doang?"
"Mana gue tau, Eyang gue yg ngatur. Yaudah gue ambilin minum dulu ya terus gue ganti baju dulu deh hehe."
"Oke."
Saat sedang menunggu Tania, tiba-tiba nenek Tania datang dan Ravi berbincang sedikit dengan nenek Tania sambil menunggu Tania. Beberapa menit kemudian, keluarlah Tania dari kamarnya dan langsung mengajak Ravi jalan.
"Entar aja deh jam 7an, biar lo bisa pulang maleman dikit. Yaya, ayolah!" pinta Ravi.
"Hmm, gimana yang? Aku jalan jam 7 pulang jam 10 boleh ngga?" tanya Tania pada Eyangnya.
"Iya gapapa," jawab Eyang singkat.
Ravi dan Tania pun berbincang-bincang banyak, karena di rumah saja Tania tidak jaim. Sebenarnya Tania sedikit kaku tapi ia mencoba untuk biasa saja. Selesai solat magrib, mereka siap-siap.
Sampai keluar rumah, Ravi tidak tau mau pergi kemana. Lalu Ravi bertanya pada Tania. Tapi Tania juga bingung mau pergi kemana. Akhirnya mereka memutuskan untuk ke tempat tongkrongan Ravi. Ramai oleh teman-teman Ravi. Diperkenalkanlah Tania ke teman-teman Ravi.
"Siape, Vi? Pacar baru ye?" tanya salah seorang teman Ravi.
"Haha belom," jawab Ravi santai.
Tania yang mendengarkan langsung memiliki kesimpulan, berkata dalam hati, "Belom? Berarti bakal jadian dong? Berarti Ravi suka sama gue?" berbunga-bunga lah hati Tania.
Tania berbincang-bincang dengan teman-teman Ravi yang perempuan sedangkan Ravi berbincang-bincang dengan teman-temannya yang laki-laki. Saking terbawa suasana, Tania tidak tau sudah pukul berapa. Ia lupa tidak memakai jam tangan dan handphone-nya berada di Ravi. Tania pun menanyakan jam pada salah satu teman perempuan Ravi.
Setelah Tania sadar bahwa sudah jam 11 malam, Tania panik ingin mengajak Ravi pulang. Tapi Ravi dan teman-temannya sudah tidak ada di tempat semula ketika mereka berbincang-bincang. Teman-teman Ravi pun sudah mulai menghilang. Saat Tania menanyakan dimana Ravi, teman-teman Ravi tidak ada yang tau dan mereka terlihat cuek. Tidak terlihat sama sekali kepanikan diwajah mereka.
Tania tidak tau harus bagaimana, Tania takut untuk pulang sendirian karena sudah larut malam. Tania hanya duduk termenung di trotoar. Lama sekali rasanya Tania duduk termenung dan menangis. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara "Happy Birthday Tania, Happy Birthday Tania, Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday Tania" Tania menengok ke belakang dan ternyata Ravi dan teman-temannya membawakan kue dengan lilin 17th.
"Ravi! Lo bikin gue panik tau ngga! Gue udah bingung gimana mau pulang! Orang-orang gada yang peduli sama gue! Gada yang tau kalo gue panik! Jahat!" Tania marah-marah sambil nangis.
"Sayang, jangan nangis. Malu ih diliat orang banyak. Hehehe...," sengaja Ravi memancing Tania dengan kata-kata 'sayang'.
"Sayang? Kan kita belom jadian?" tanya Tania polos, sepolos-polosnya.
"Aku sayang kamu Tania. Will you be my girl?" tanya Ravi to the point.
"Are you serious?" tanya Tania balik karena saking kagetnya.
"Iyalah serius! Jadi gimana?" tanya Ravi penasaran.
"Okay, you are my boy now!" jawab Tania.
"Gue berhasil guys! Senjata siap diluncurkan?" teriak Ravi.
Dengan muka bingung tiba-tiba telur-telur meluncur dan melumuri semua pakaian Tania. "Oh my God, telor, terigu, kecap, minyak goreng, hey gue mau diapain?" Tania teriak-teriak sambil berlari-larian mencoba mengelap bekas-bekas telur dan kawan-kawannya itu ke pakaian Ravi. Ravi pun berlarian sambil berkata, "Jangan dong, aku gabawa baju. Nanti kalo aku kotor kamu pasti gamau aku anter pulang." Lalu Tania berhenti mengejar dan ingat bahwa itu sudah lebih dari jam 12 malam. "Vi, kan janjinya pulang jam 10. Ini udah jam 12 lebih. Nanti aku digantung sama Eyang gimana?" tanya Tania panik. "Santai lah, aku udah diskusi ko sama Eyang kamu," kata Ravi menenangkan. "Ih jahat ya!" kata Tania sambil melanjutkan mengejar Ravi. "Udah ah capek kayak film India kejar-kejaran. Mending kamu mandi, aku bawain baju buat kamu tuh," suruh Ravi. "Serius kamu bawain aku baju? Bilang kek dari tadi," Tania berhenti berlari. "Gimana mau bilang, orang kamunya ngejar mulu," jawab Ravi. "Ohiya lupa. Yaudah aku mandi. Numpang aja ya!" izin Tania. "Yaiyalah masa mau pulang ke rumah dulu mandinya," kata Ravi.
Lalu Ravi mengambilkan pakaian di jok motor dan memberikan kepada Tania. Setelah Tania selesai mandi, Ravi langsung pamit ke teman-temannya dan mengantar Tania pulang sampai depan pintu rumah Tania. Dan memberikan kado kecil dari balik jok motornya. Dan kadonya ternyata adalah sebuah kotak musik berbentuk piano berwarna bening dan itu sangatlah indah.
Diulang tahun ke 17th ini Tania tidak akan melupakannya. Karena menurut Tania, ini adalah ulang tahun terindah yang pernah di dapatkan oleh Tania.
cerita ini adalah fiktif belaka, not true story ya hehe iseng doang :) makasih buat yg udah mau baca ^^